29.11.09

Cerpen Bu Milha part I




Masalah, masalah, dan masalah. Memang beberapa terlihat membahagiakan, tapi justru yang membahagiakan itulah titik berat masalahnya.

Pertama, si wanita lugu jatuh cinta pada si pria brengsek.
Kedua, si wanita lugu berhasil melihat sisi lain dari si pria brengsek diluar topeng 'pria brengsek'nya.
Ketiga, si pria brengsek yang awalnya tak menghiraukan kedatangan si wanita lugu, akhirnya luluh dan menyerahkan separuh hatinya pada si wanita lugu, sekaligus berjanji untuk melepaskan status 'pria brengsek' itu selamanya.
Keempat, mereka bersatu.
Dan kelima, sahabat dari si wanita lugu tak mempercayai kalau si pria brengsek telah melepaskan dan merelakan status playboy kelas hiunya--kakap belum cukup--selamanya.

Tapi setiap masalah pasti ada penyeselaiannya, iya kan?

"Aniyo[b][1][/b]. Aku tidak akan rela sahabat baikku dipermainkan oleh playboy kelas hiu sepertinya. Apalagi kau, Yuna-ya. Tak sadar kah kau siapa dia? Jangan kau jatuh padanya hanya karena wajahnya. Lihat siapa dia, lihat kehidupannya. Kau hanya akan dipermainkan olehnya, percayalah padaku."

Park Ryuki. Sahabat si wanita lugu yang tak rela sahabatnya jatuh ke pelukan si pria brengsek. Dan dia inilah yang membuat semuanya bermasalah. Ketidak percayaannya pada si pria brengsek membuat semuanya tidak sesimpel yang si wanita lugu kira.

Tapi, si wanita lugu tak akan menyerah begitu saja, tentu. Dia akan memperjuangkan cintanya, tapi dia juga tetap akan mempertahankan persahabatannya dengan Ryuki yang sudah dijalaninya sejak mereka berdua bahkan belum lancar berbicara.

Dia tahu, si pria brengsek, err haruskah sekarang kita harus mengganti namanya dengan si mantan pria brengsek? Ah, baiklah.

Si wanita lugu yakin, bahwa kekasihnya, si mantan pria brengsek itu mencintainya, dan rela menjadi seorang pria dengan satu wanita. Tak seperti dulu. Dulu, dengan topeng pria brengseknya itu, dia dengan gampangnya berganti pasangan. Hanya dalam hitungan menit, banyak wanita-wanita yang rela berbuat apa saja untuknya. Lalu dia mengencaninya. Lalu setelahnya? Yah, wanita-wanita itu dicampakkannya, dibuangnya, ditinggalkannya dan dia bertingkah seperti tak pernah bertemu mereka, apalagi berkencan dengan wanita-wanita itu. Brengsek, eh? Sangat.

Tapi sekali lagi, itu dulu. Itu topengnya. Dan dibalik topeng itu, dibalik senyuman mautnya, dibalik keceriaannya, ada sisi dimana terpampang sesosok pria rapuh. Pria yang sangat membutuhkan kasih sayang. Dan sisi itulah yang berhasil dibuka oleh si wanita lugu dan membuatnya jatuh pada si mantan pria brengsek.

Dan si wanita lugu pun sangat percaya jika suatu saat nanti--walaupun dia sendiri tak tahu kapan--, Ryuki akan percaya padanya dan juga akan percaya pada si mantan pria brengsek.

Si wanita lugu akan memperjuangkan segalanya. Sahabatnya. Cintanya.

"Kau tak mengerti, Ryuki-yang. Aku tau dia sangat tampan, tapi aku mencintainya bukan karena dia tampan apalagi karena hartanya. Tapi karena dia membutuhkanku, dan begitupun sebaliknya. Semua yang kau katakan tadi itu hanyalah topengnya. Topeng untuk menutupi segala masalahnya, segala kelemahannya. Aku sudah menemukan sisi lainnya. Mungkin kau belum tau sekarang, tapi kau pasti mengerti, nantinya. Kalau tak percaya padaku, mungkin kau bisa tanya Yehyun-ah. Dia temannya kan? Malah saudara beda orang tua, kurasa. Dia pasti tau, dia pasti mengerti."

Im Yuna, si wanita lugu. Sangat lugu. Masih percaya tentang dongeng para peri, cinta es krim dan marsmellow, sahabat Ryuki sejak kecil, dan tentunya, cinta pada si mantan pria brengsek.

Yehyun? Ya, Cho Yehyun. Kekasih Ryuki, dan teman baik si mantan pria brengsek. Mungkin bisa dibilang saudara berbeda orang tua. Bagaimana tidak? Mereka sudah mengenal satu sama lain bahkan sebelum mereka mulai belajar berjalan, sama seperti Yuna dan Ryuki. Dan Yuna yakin, Yehyun bisa menjelaskan segalanya pada Ryuki. Semoga dia mengerti.

"Mungkin. Tapi aku tetap memperingatkanmu, Yuna-ya. Hati-hati pada si hiu brengsek itu." Ryuki mengetuk-ketukkan sendok tehnya ke meja. Merasa frustasi dengan masalah ini.

"Ah!" kata Yuna sambil mengecek jam tangannya.

"Aku harus pergi. Sampai bertemu nanti. Dan Ryuki-yang, kau tetap sahabat terbaikku, apapun yang terjadi." Yuna pun bangkit dari tempat duduknya, membayar makanannya, lalu pergi meninggalkan restauran yang dari beberapa jam yang lalu digunakannya untuk membicarakan masalah dia dan si mantan pria brengsek itu dengan Ryuki.

Disisi lain, Ryuki menggeleng-gelengkan kepalanya dan matanya terus mengikuti tubuh Yuna yang lambat laun menghilang. Sungguh, ia sama sekali tak mempercayai semua ini. Sama sekali tak percaya dengan apa yang didengarnya. Yuna? Si gadis lugu? Jatuh ke pelukan si pria brengsek itu? Dan kata Yuna, begitu juga sebaliknya, si pria brengsek itu membutuhkan Yuna? Ah sangat tak bisa dipercaya. Apalagi mendengar kata-kata Yuna yang mengatakan kalau... Si pria brengsek itu telah melepaskan status playboynya dan menjadi pria dengan satu wanita? Omong kosong. Tak dapat dipercaya.

"Yehyun. Ne[b][2][/b], Yehyun." Ryuki pun mengikuti jejak Yuna tadi. Membayar, lalu pergi. Tujuannya sekarang? Kantor Yehyun, tentu.




"Dia tak percaya."

"Tak apalah, untuk sementara. Yang penting, kau tak apa kan? Dia tak memutuskan persahabatan kalian? Kalau sampai dia berbuat itu, mungkin aku akan mengalah. Walaupun aku tau, hidupku tak akan berarti sesudahnya." Dia menarik napas dalam-dalam, dan menghembuskannya. Lalu jari-jemarinya mengetuk-ketuk stir mobil yang sedang dipegangnya.

No comments:

Post a Comment