29.6.09

Susahnya Jadi Fiksi Fantasi Mania

Hello blooogeh! Hehe. Now i wanna story story tentang apa yang baru gue sadari tadi pas nyari buku Magical Worlds of Narnia yang until now, gue belom nemu -,- shit. Kalo ada yang punya, tolong hubungi gue secepatnya! Thanks.

Look at the title. Susahnya jadi fiksi fantasi mania. Kenapa? Banyak sih sebenernya, tapi gue bakal ngulas beberapa.

1. Fiksi Fantasi Mania Itu Langka.

Iya kah?
Sangat iya. Sekarang gini deh, disekolah, gue hampir ngga punya temen yang bener bener kaya gue, (gue ambil yang paling gue suka dan yang paling terkenal) doyan Twilight Saga iya, doyan Harry Potter banget, doyan Narnia juga iya. Ada ngga? Kayaknya engga.

"Gue suka kok! Gue suka!" Pasti banyak diantara kalian yang ngebaca ini ngomong kaya gitu dalem hati. Yakan? Ngaku ga lo?! Haha apadeh. Dan kalian yang ngomong kaya gitu kebanyakan suka sama filmnya kan? Suka sama Edward Cullen, suka sama Cedric Diggory (bah), suka sama Edmund Pevensie, yakan? Dan ada juga sebagian dari kalian yang cuma suka tokoh-tokohnya aja dan ngga ngerti ceritanya.

Ya kalo sebenernya emang ada, dan gue ngga menyadari, gue minta maaf karna gue emang bener bener gatau kalo ada orang aneh lagi kaya gue disekolah, ehe.

Kalo doyan filmnya sih iya lah secara Narnia, Twilight sama HarPot filmnya masuk box office semua. Kalo doyan bukunya? Wah hanya segelintir ~~

Jadi cuma di NetWorld lah gue bisa gila gilaan ngomongin semua itu. Thanks to all my friends in HPI yang udah bisa gua ajak ngobrol ampe puyeng tentang HarPot. Khususnya Enta 'Red Sox', Kak Darkie, Kak Chibi, Anindyta 'Cissy', Inech 'Po' dan Dillz ehehe.

2. Kantong Bakal Dikuras.

Apaan tuh?
Maksud gue gini, berapa harga satu buku HarPot? Berapa harga satu buku Twilight? Berapa harga satu buku Narnia? Berapa harga pernak perniknya? Atau berapa harga satu buku sampingannya?

Yang gue tau, buku HarPot 1 yang paling murah aja harganya Rp. 50.000 waaa kebayang ngga harga buku HarPot 7? Yak! Rp. 215.000 yang soft cover, yang hard cover, tambahin aja Rp. 50.000 huaa. Mahal? JELAS! Dan butuh perjuangan buat ngerayu ortu buat beliinnya. Oh iya, 1 set buku HarPot 1-7 harganya Rp. 1.000.000 zz uang SPP 2 bulan tuh, masih nyisa lagi -,-

Narnia yang paling murah, harganya Rp. 190.000 satu set buku 1-7. Tapi tetep aja ratusan ribu zeeng. Twilight Saga berapa ya? Kalo gasalah Rp. 200rb-an lebih kan ya satu setnya? Ckck.

Buku sampingannya juga ngga kalah. Magical Worlds of Harry Potter aja harganya Rp. 40.000, yang Narnia juga sama, tapi sialnya, gue belom nemu. Yang murah ya cuma yang Quidditch (thanks buat Rizka yang udah ngasih c:) sama Fantastic Beasts, cuma Rp. 15.000. Majalah-majalah? Rp. 20.000-Rp. 50.000. Hah o,o

Pernak pernik? Well, let see at www.kelontongsihir.com mahal? PASTI. Yaaa hampir diatas Rp. 50.000 semua.

Ok, lets counting. HarPot 1-7 Rp. 1.000.000, Narnia 1-7 Rp. 190.000, Twilight Saga 1-4 kita anggep aja Rp. 300.000, buku sampingan Rp. 100.000, majalah majalah Rp. 50.000 per keluar film (jadi kaliin aja 5(HarPot)+1(Twilight)+2(Narnia). Rp.50.000 x 8 = Rp. 400.000(yang udah keluar)). Pernak pernik Rp. 200.000 deh semua. So berapa? Rp. 2.100.000. Waw fantastis kah? Iya kan? Ckck belum lagi kalo keluar filmnya, nonton bioskop kan ga gratisss ckck.

3. Ngantri Adalah Hal Yang Paling Fuck.

Ngantri? Buat apa?
Buat nonton lah aduh buset. Ngantri nonton HarPot udah 5x gue ngerasain (yang ke 6 ngga akan dooong. Kan udah booking haha) ngantri yang panjaaaaaaang sekali haha. Kalo yg bukan FFM (Fiksi Fantasi Mania) pasti pada ntar ah ntar ah haha. Kalo gua? Maunya duluan lah kan menghindari spoiler yang banyak hmm.

4. Makan Hati.

Hah? Gangerti.
Makan hati disini tuh maksud gue kalo keabisan bukunya, itu fuck banget. Nah sekarang gue lagi ngerasain gimana rasanya keabisan buku -,- aih itu shit.


Kayaknya yang paling terasa sama gue cuma 4 itu. Yang lain sih masih banyak, tapi ngga terlalu kerasa sama gue. Hmm oke, that's all. Byee see you next time.

26.6.09

Gara-Gara Fanfiction -_-

Hello blooog!

Udah lama gak posting haha, sekarang gua lagi gila -__-. Kenapa gila? Baca aja sendiri deh yaa haha.

Liat FF gue yang belom selesai dibawah kan? Tau charactersnya kan? Salah satunya itu His Majesty High King Peter Pevensie Wolf's Bane The Magnificent, The Highest King of Narnia, King of Clear Northen Sky of Narnia, Emperor of The Lone Island, Lord of Cair Paravel and Knight of the Most Noble Order of Lion. Gelarnya panjang amet ya? Ah biarin haha.

Gua lagi 'gila' nih sama Peter. Gara-gara FF itu, imajinasi gua kan melayang gitu ye (caelah), ngebayangin muka-mukanya character itu. Nah, waktu gue lagi nulis yang pas Peter perannya lagi banyak, gue tuh tiba-tiba kaya dapet ilham gitu (buset), dapet bisikan juga 'De, Peter ganteng banget deh De. Edmund sih biasa' gitu kata bisikan-bisikannya. Dan gue jadi mikir 'iya juga ya, Peter tuh persis kaya yang gua tulis di FF gua yang Chapter 3, yang diucapin sama Demy' waaa ^_^ berarti sebenernya gua udah suka sama Peter dari awal, cuma gua ga nyadar aja haha.

Kayak yang gua bilang di wall Facebook-nya Gege, gua emang rada aneh -_- waktu itu orang-orang pada bilang 'cakepan Mikey Way tauu', nah gua malah bilang 'ah kaga, cakepan Gerard Way' o,o. Terus waktu itu orang-orang pada bilang 'cakepan Robert Pattinson yang pas jadi Edward tauu', nah gua malah bilang 'ah kaga, cakepan Robert Pattinson yang pas jadi Cedric tauu' ckck. Terus sekarang nih, orang-orang pada bilang 'cakepan Edmund tauu', gua malah bilang 'cakepan His Majesty High King Peter Pevensie Wolf's Bane The Magnificent, The Highest King of Narnia, King of Clear Northen Sky of Narnia, Emperor of The Lone Island, Lord of Cair Paravel and Knight of the Most Noble Order of Lion tauu' huuaaa apadeh gue ampe lengkap gitu -,-

Tadi gua baru download themes HP yang gambar standby-nya itu Pevensie Siblings. Yang paling depan ya Peter dooong lagi bawa tameng yang dia pake waktu ngelawan Miraz di Narnia : Prince Caspian, mana cakep bener lagi tuh manusia satu ^_^ haha. Edmund-nya lumayan sih, tapi tetep, menurut gua cakepan dan macho-an Peter hehehe.

HP sama komputer gua juga lagi gua rombak. Wallpapernya gua ganti -,-, folder name-nya gua ganti, profile name-nya gua ganti, screen saver-nya gua ganti, semuanya deh o,o. Terakhir kali gua rombak itu pas jaman-nya gua suka Twilight Saga haha.

Haha aduh si Peter. Terakhir sebelum Peter itu, orang ganteng yang lagi gua sukain itu si Kapten Jim T. Kirk a.k.a Chris Pine. Tapi sekarang Peter yaa haha apadeh gua gila x_x

Oh iya, FF-nya sekarang udah ampe Chapter 12. Tapi males gua post haha. Nanti yaa (emang ada yang nungguin ya? Haha)

Udah dulu ye blog. Nanti kapan kapan kalo aye niat, aye posting lagi. Byee

PETER PEVENSIE!!

10.6.09

Fanfiction (Part 5)

Lanjuuut!

CHAPTER 8 : (UNTITLED)

"Aku bosan," kata Ginny. Lalu dia bangkit dari sebuah sofa berlengan yang ada dikamarnya, --dan karena ia tak bisa ber Apparate-- ia pergi menuju kebun istana untuk menemui Xeenza.

"Hai, Xee. Hai, Lyn," sapa Ginny pada Unicorn-nya dan Unicorn Demy. "Selamat siang, Lady!" Kata Xeenza dan Lynzie. "Err.. Xee, Maukah kau mengantarkanku berjalan jalan?" Kata Ginny sambil mengelus elus tubuh Xeenza, "kemana, Lady?" Tanya Xeenza. "Yang agak jauh dari sini, aku mau menenangkan diri. Mm, mungkin ke perbatasan," kata Ginny. "Kurasa jangan, Lady. Maksudmu, perbatasan Narnia dan Western Wild kan? Disana berbahaya, apa kata Yang Mulia nanti jika mereka tau?" Kata Xeenza dan Lynzie pergi menjauh. "Sudahlah Xee, tak apa. Mereka tak akan tahu."

"Kau benar benar yakin, Lady?" Kata Xeenza di tengah perjalanan. "Sangat," kata Ginny, lalu mereka melanjutkan perjalanan, mereka berjalan santai, bukan berlari.

****

"Kita sampai, Lady. Dan jangan paksa aku untuk berjalan lebih jauh, aku tidak mau, tidak berani," kata Xeenza saat mereka keluar dari hutan Narnia, dan mulai memasuki perbatasan Narnia-Western Wild. "Tenang Xee, cukup sampai sini saja," kata Ginny. Ginny turun dari punggung Xeenza, lalu duduk di rerumputan. "Matahari terbenam," kata Ginny, wajahnya mengadah kearah langit, "keren ya. Lihat warna merah dan oranyenya. Ooh cantik sekali!" Kata Ginny, "sangat cantik, seperti kau, Lady," kata Xeenza sambil menatap Ginny, dan Ginny tersenyum, "ah Xee, bisa sa-- AAARRGGGHH! sa..sak...iiit Xee, t..to..tolong!" Isak Ginny, sebuah panah besar yang beracun milik para raksasa Western Wild yang bodoh, menancap tepat di lengan kanan Ginny. "LADY! Oh ya ampun!" Lalu Xeenza berlari kedalam hutan, mencari bantuan.

30 menit sebelum kejadian itu, di Cair Paravel, "adakah satu orang pun dari kalian yang tahu keberadaan Ginny?" Tanya Edmund pada Peter, Susan, Lucy dan Demy. "Kami tak tahu, Ed. Tadi kau sudah bertanya pada kami. Cobalah kau tanya pada para penjaga," jawab Susan mewakili semuanya. "Sudah! Tapi mereka semua tak tahu! Aduh, dimana sih dia?" Ujar Edmund. "Tenanglah Ed, jangan gegabah. Sudahkah kau bertanya pada Xeenza?" Kata Lucy. "Aku sudah berusaha mencari Xeenza! Tapi dia tidak ada!" Kata Edmund. "Apa kau sudah bertanya pada Lynzie? Mungkin saja dia tahu," kata Demy akhirnya. "Oh iya, Lynzie! Thanks, Dems!" Kata Edmund, lalu ia berlari menuju kebun.

"Lynzie!" Panggil Edmund. "Ada apa Yang Mulia?" kata Lynzie. "Kau tahu dimana Ginny atau Xeenza?" Kata Edmund tergesa gesa. "Terakhir,aku melihat mereka membicarakan perbatasan Narnia-Western Wild tadi siang, setelah itu, aku tak lagi melihat mereka, Yang Mulia," kata Lynzie. "WAH! Gawat!" Kata Edmund tiba tiba.

"PHILIPS!" Teriak Edmund pada kuda berwarna coklatnya. "Ada apa teriak teriak, Yang Mulia?" Tanya Philips pada Edmund. "Antar aku ke perbatasan. Sekarang!" Kata Edmund terbawa emosi. "Hey hey, Yang Mulia, tenang sedikit dong," kata Philips, "baiklah baiklah, maaf Phil. Tapi antar aku ke perbatasan ya?" Kata Edmund. "Perbatasan Narnia-Western Wild? Baiklah, naik ke punggungku, Yang Mulia," kata Philips.

Mereka berpacu kearah barat, kearah tempat yang juga dituju Ginny dan Xeenza, tadi. Selama perjalanan, Edmund selalu berceloteh sendiri, "aduh, Ginny, dimana kau?" Atau berceloteh pada Philips, "ayo lebih cepat, Phil," kata Edmund lagi, lagi dan lagi.

"AAARRGGGHH!" Edmund mendengar jeritan kesakitan seorang wanita, dan dia mengenali suara itu, "GINNY! OH TIDAK!" kata Edmund panik. "Phil, cepat. PHIL CEPAAT!"

****

"GINNY! Ya ampun! Kau kenapa?" Kata Edmund setelah dia sampai ditempat Ginny terkena panah. Dia turun dari kudanya, berlutut, memeluk Ginny dan berteriak kepada Philips, "PHIL! Kembali ke istana! Ajak Lucy kesini, dan suruh dia membawa hadiah natalnya. dan biarkan dia menunggangi Kexee --Unicorn-nya--. Kau, Kexee dan Lucy harus kembali kesini, dan jika kau bertemu Xeenza dijalan, ajak dia pulang, dan jangan biarkan dia kembali kesini!" Kata Edmund cepat. "Baiklah Yang Mulia."

"Gin, kau masih sadar kan? Sabarlah Ginny. Mereka pasti sampai tepat waktu," kata Edmund. "Ed, te..terimakasih ka..kau te..lah da..datang untuk me..nolongku. Ma..afkan kecerobohanku, Ed," kata Ginny berbicara lemah di pelukan Edmund. "KAU MEMANG CEROBOH, GIN! BETAPA BODOHNYA KAU, SAMPAI BISA PERGI KESINI! KAN SUDAH BERPULUH PULUH KALI AKU BILANG KEPADAMU, JANGAN SEKALI KALI KELUAR DARI HUTAN NARNIA! SANGAT BERBAHAYA! KAU LIHAT SENDIRI KAN AKIBATNYA?!" Kata Edmund terbawa emosi, dan Ginny mulai menangis.

"ED!" Terdengar teriakan dari sebuah suara riang bercampur nada khawatir yang familier, "Lucy! Cepat tolong dia!" Kata Edmund tidak sabaran. Lalu Lucy turun dari Kexee, dan berlutud disamping Ginny, dihadapan Edmund. Lucy membuka tutup hadiah natalnya, lalu meneteskan cairannya ke mulut Ginny yang sudah sangat pucat. "Tenanglah Gin, kau pasti selamat. dan kau, Ed, jangan seperti itu! Nanti kau akan jadi korban berikutnya kalau mukamu tetap berwarna biru seperti itu!" Kata Lucy sambil menahan tawa melihat wajah Edmund yang berubah warna menjadi biru karena tegang.

"Uhuk! Uhuk!" Ginny terbatuk. "Kau tak apa, Gin?" Tanya Edmund lembut. "Aku sudah sehat kok Ed." Kata Ginny. "APA KAU TAHU APA YANG KAU LAKUKAN GIN?! COBA KALAU TADI AKU TAK BERUSAHA MENCARIMU! ENTAH APA YANG AKAN TERJADI NANTI!" Kata Edmund --lagi lagi-- terbawa emosi. dan Ginny mulai terisak. "Maafkan aku, Ed," kata Ginny.


kyaaa! ~ gua potong sampe disini ye ahaha. Nanti lanjut lagii hehe.

Fanfiction (Part 4)

Lanjuutss!

CHAPTER 6 : (UNTITLED)

"Ed, kau suka dia ya?" Kata Lucy tiba tiba saat Edmund sedang berjalan menuju kamarnya. "Siapa?" Kata Edmund.

"Dia."

"Ya siapa? Banyak sekali 'dia' disini."

"Baiklah baiklah! Yang kumaksud adalah si Lady berambut merah kita itu," kata Lucy sambil menatap lekat kakaknya itu. "Hmm, menurutmu?" Kata Edmund, "yaa menurutku, kau suka padanya," kata Lucy bersemangat. "Yasudah," kata Edmund cuek.

"Yasudah bagaimana?"

"Yasudah."

"Ayolah Ed, serius sedikit," kata Lucy berharap. "Aku serius, Lu," kata Edmund. "Jadi?" Kata Lucy penasaran. "Yaa, baiklah, aku mengalah padamu. Oke, aku suka padanya. Memangnya ada apa?" Kata Edmund. "Tidak, tidak apa apa kok. Lain kali, kau bisa cerita padaku, Ed," kata Lucy sambil tersenyum, lalu pergi.

****

"Cinta itu aneh ya?" Ucap Demy, entah ditujukan kepada siapa, karena dia sedang sendiri diruangan itu, duduk manis sambil menatap perapian. "Tentu, Dems," kata sebuah suara, suara itu lembut, manis dan keibuan. Demy berdiri dari kursinya, dan berputar mencari suara itu. "Susan," kata Demy. "Maaf aku kesini tanpa permisi, aku hanya ingin mengobrol denganmu," kata Susan sambil mendekati Demy. "Oh, tak apa," kata Demy. "Duduk, Dems. Oh ya, dengan ucapanmu tadi, sebenarnya tak perlu ada lagi yang kutanyakan atau kubicarakan denganmu. Tapi, sedikit bincang bicang tak masalah kan?" Kata Susan sambil duduk di sofa didepan Demy. "Memang sebenarnya apa yang mau kau tanyakan?" Tanya Demy penasaran. "Aku sering melihatmu merenung sendirian, sering melihatmu berfikir mati matian, sering melihatmu melewatkan waktu makan, dan aku melihat kau jadi pendiam. Dan, tentu aku khawatir karena itu. Namun, sekarang aku telah mengerti dan mengetahui jawabannya," kata Susan menjelaskan. "Maksudmu?" Ujar Demy dengan nada bingung. "Kau pasti sedang jatuh cinta kan?" Kata Susan menebak. "Err, darimana kau tahu?" Kata Demy gugup. "Sudahlah Dems, cerita saja padaku, jangan malu malu, anggap saja aku kakakmu," kata Susan. "Sue, kadang, aku berfikir, apa iya aku akan mendapatkan cintanya?" Kata Demy langsung pada inti permasalahan, "dan jujur, aku tak pernah yakin aku bisa mendapatkan cintanya," kata Demy melanjutkan. " Kalau aku mengingat ingat dia, sedih, marah, kecewa, senang, kesal, semua menjadi satu di otak dan hatiku. Kalau aku ingat dia, aku bisa menangis, entah kenapa, aku juga tak tahu," ujar Demy, dan ia mulai menangis. "Rasanya, aku ingin sekali merelakannya pergi dari hatiku, karena aku tahu, aku bukan orang yang pantas baginya, dia dihormati, sedangkan aku?" Tanya Demy lebih kepada dirinya sendiri. "Tapi bagaimana aku bisa merelakannya, kalau melupakannya saja susah? Kadang,aku heran, kenapa cinta itu diciptakan? Kata orang, cinta itu indah, membuat hati berbunga bunga, tapi jika masalahnya seperti masalahku? Dia yang terlalu sempurna untukku? Dia yang harusnya mendapatkan cinta dari orang orang yang sederajat dengannya? Cinta hanya membuat sakit, dan membuat aku berfikir 'coba saja, aku tidak pernah jatuh cinta padanya'," ucap Demy.

"Sudah, jangan menangis, aku mengerti maksudmu, Dems, jangan putus asa seperti itu. Dan oh! Siapa bilang dia tidak menyukaimu?" Kata Susan menenangkan Demy. Tapi sebelum Demy berbicara lagi, Susan berbicara, "oh ya ampun, aku kan sudah janji dengan Lucy mau mengajaknya mencari berang berang! Aku pergi dulu ya, jangan menangis lagi, okay? Hapus air matamu," dan Susan pergi meninggalkan ruangan itu.

"Siapa bilang dia tidak menyukaimu?" Gumam Demy menirukan kata kata Susan yang masih tak dimengerti olehnya. Dia bangkit dari duduknya, mengelap sisa sisa air matanya, dan berjalan keluar ruangan itu menuju kamarnya.

****

"Bagaimana?" Tanya Peter pada Susan. "Kenapa kau bertanya padaku? Padahal kau kan mendengar percakapan kami tadi," kata Susan. "Yah, aku hanya ingin meminta pendapatmu saja," kata Peter. Susan menghela nafas, lalu pergi meninggalkan Peter.


CHAPTER 7 : Undangan dari Archendland


"Pete, tadi ada undangan dari Raja Lune," kata Edmund. "Undangan apa? Ada acara apa memang di Archendland?" Tanya Peter. "Hmm, sepertinya 3 minggu lagi ada sebuah Festival disana, entah apa namanya. Dan kata si penyampai pesan, setiap tamu undangan, harus membawa pasangan," kata Edmund. "Susan dan Lucy kan?" Tanya Peter, "mungkin, tapi aku mempertimbangkan yang lain."

****

"Kau dengar, Lu? Pete dan Ed diundang ke acara Festival entah apa namanya di Archendland. Dan mereka diharuskan membawa pasangan," kata Susan. "Ya, tapi aku tak mau ikut," kata Lucy riang. "Wah, lalu bagaimana?" Kata Susan. "Bagaimana apanya?" Tanya Lucy bingung. "Mereka diharuskan membawa pasangan, Lu. Jika bukan kita si--," Susan tidak menyelesaikan kalimatnya, lalu dia tersenyum. "Oh, aku mengerti maksudmu, Lu."

****

"Aku tidak mau, aku mau mencari musang musang yang bisa berbicara, dan Lucy juga ikut bersamaku," kata Susan saat Peter memintanya ikut ke Festival di Archendland. "Ayolah Sue, siapa lagi yang bisa kujadikan pa--," kata kata Peter langsung dipotong oleh Susan, "apakah kau melupakan dia begitu saja, Pete?" Tanya Susan serius, "tapi, apakah di--."

"Pasti."

"Kau yakin?"

"Sangat."

"Bagaimana kalau ternyata dia tidak mau?" Tanya Peter, "aku yang akan menggantikannya, tapi kau harus mencobanya dulu," kata Susan. "Baiklah baiklah," kata Peter akhirnya mengalah.


ga muat lagi aztaga ckck. Lanjut diatass!

6.6.09

Fanfiction (Part 3)

Lanjuuuuut!

****

Demy berjalan melewati sebuah lorong saat ia melewati sebuah ruangan besar yang pintunya terbuka lebar, dan terlihat Raja Peter serta Ratu Susan didalamnya, sedang berbicara berdua, sepertinya serius. Karena refleks, Demy menghentikan langkahnya tepat didepan pintu itu, dan saat itu juga, Peter dan Susan menoleh ke arah Demy. "Ehmmmm, ma--maaf maaf, a--aku tak sengaja berhenti disini, a--aku tak berniat untuk me--menguping," kata Demy dengan nada takut.

Karena ia tak bisa ber Apparate, Demy buru buru lari menjauhi ruangan itu, tetapi Raja Peter berteriak, "tunggu Lady!" Katanya, dan Demy berhenti, membalikkan badan, dan menunggu Raja tampan itu sampai didepannya.

"Tak apa. Bukan pembicaraan rahasia, hanya bincang bincang antar keluarga. Jangan seperti itu, biasa saja," Kata Raja Peter tepat setelah sampai dihadapan Demy, dan ia membelai halus bahu Demy. Demy sedikit terkejut, tapi dia mencoba untuk tetap terlihat biasa saja. "Oh, tapi tetap saja aku harus meminta maaf, Yang Mulia."

"Peter."

"Ha?"

"Panggil aku Peter saja."

"Oh baiklah Yang-- ehm, maksudku Peter," kata Demy sedikit ragu. "Err, Lady, maukah kau ikut aku jalan jalan berkeliling istana?" Kata Peter. "Boleh, tapi-- bagaimana dengan Susan? Apakah dia tidak marah jika kau tiba tiba pergi meninggalkannya?" Kata Demy, "tak apa, dia pasti mengerti."


CHAPTER 5 : (UNTITLED)

"Hai, Lady Ginny," sapa Edmund kepada Ginny yang sedang mengelus elus Xeenza, Unicorn-nya, dikebun istana. "Oh hai Yang Mulia, kau mengagetkanku," kata Ginny riang. "Sedang apa kau, Lady?" Tanya Edmund berbasa-basi. "Hanya melihat keadaan Xee. dan apa yang Yang Mulia lakukan disini?" Tanya Ginny, "hanya berjalan jalan. Err.. Lady, bolehkah aku memanggilmu Ginny saja?" Kata Edmund. "Tentu, tentu Yang Mulia," kata Ginny sambil tersenyum lebar. "Kalau begitu, kau juga harus memanggilku Edmund, tak ada lagi Yang Mulia. Oke?" Kata Edmund sambil tersenyum nakal. "Hmm, gimana ya? Didepan yang lain juga? Ooh, baiklah," kata Ginny. "Oke," kata Edmund, lalu dia melanjutkan, "Gin, sudah gerimis, pasti sebentar lagi hujan deras. Mari kuantar kedalam,"

Lucy yang sedari tadi mengintip mereka berdua cekikikan melihat tingkah Edmund. Dari dulu, Lucy memang sudah melihat kakak-yang-paling-dekat-dengannya itu mempunyai perasaan spesial pada Ginny. "Yah, apa mau dikata, Edmund jatuh cinta! Ya ampun! Aku baru satu kali ini mengucapkan 3 kata itu. Hahahahaha," kata Lucy pada dirinya sendiri. Tiba tiba, "Wah hujan! Gawat! Kyaaa~," lalu Lucy berlari masuk kedalam istana.

****

"Hei, Lady Demy," kata seseorang. Demy yang sedang menatap jendela, berbalik menghadap pria tampan yang menyapanya. "Oh, hai Peter," kata Demy. "Sedang apa kau disini?" Tanya Peter. "Yaa, menenangkan diri saja," kata Demy. Demy, diikuti Peter, kembali memandang keluar jendela, "hujan," gumam Demy pelan. "Waah hujan, hujan memang punya romansa tersendiri ya?" kata Peter lembut, "aku bisa senang karena hujan, misalnya waktu saudara saudaraku ingin berburu, dan aku sedang malas, tiba-tiba hujan deras, dan aku tidak harus berburu kan?" kata Peter sambil tertawa kecil. "Atau bisa juga kita sedih karena hujan kan? Contohnya waktu ada rencana bagus atau penting misalnya, eh malah hujan deras," kata Demy melanjutkan. "Yah, semua bisa terjadi disaat hujan. Setiap hujan datang, orang-orang yang sedang berjalan kaki pasti banyak yang langsung berteduh. Kenapa ya? Padahal, mereka mandi juga pakai air, masak pakai air, apa-apa pakai air," tanya Demy sambil tersenyum, "mungkin mereka bosan, apa-apa pakai air, makanya jika hujan datang, mereka menghindar dari air yang jatuh dari langit itu," Peter menjawabnya sambil tertawa. "Mungkin kalau diluar sana tiba-tiba hujan, mereka berpikir seperti ini 'yaampun, air lagi, air lagi, lama-lama aku makan saja awan itu,biar tidak hujan,' begitu kali ya?" Demy menambahkan sambil ikut tertawa. "Sekarang aku sedang ingin hujan-hujanan. Bareng semua teman-temanku, dengan orang-orang yang spesial, dengan kau, juga dengan Ginny, Susan dan Edmund, main air terus sampai hujannya berhenti, seperti waktu masih kecil dulu," kata Demy. "Dulu aku tidak tau apa penyebab hujan, dongeng dongeng Narnia sering menceritakan tentang malaikat yang sedang menangis, atau ada malaikat yang membawa ember berisi air, dia terpeleset, lalu airnya tumpah ke Narnia, ada juga dongeng yang menyebutkan kalau ada suatu mahluk diatas awan yang suka sekali dengan bunga sedang menyiram bunga-bunganya. Dongeng-dongeng itulah yang aku percaya sebagai penyebab turunnya hujan, dulu," kata Peter bercerita, "tapi ternyata, yang benar itu karena proses alam yang panjang dan yang lebih keren lagi, hujan itu diturunkan sama Tuhan untuk makhluk-makhluknya, Tuhan menurunkan rizki waktu hujan, lewat malaikat-malaikatnya," kata Peter melanjutkan. "Wah Peter, sepertinya sekarang sudah waktunya untuk tidur, sampai besok! Selamat malam!" Kata Demy sambil langsung meninggalkan ruangan itu. "Malam!" Kata Peter.

****

"Peter!" Panggil Susan. "Ada apa?" Kata Peter sambil berjalan mendekati Susan. "Kau sudah mengatakannya?" Tanya Susan penasaran. "Belum," jawab Peter singkat. "Kena--," ucapan Susan dipotong oleh Peter, "belum saatnya, Sue, nanti aku pasti mengatakannya," kata Peter. "Tapi....," ucap Susan. "Sudahlah Sue, biarkan hal itu menjadi rahasia dulu, oke?," Peter berbalik dan meninggalkan Susan.


ngga cukup lagii! Lanjut diatass!

Fanfiction (Part 2)

CHAPTER 3 : 'Kami Penyihir'

Setelah mereka kembali ke Cair Paravel, Ginny dan Demy diberi kamar yang besar berperapian dan baju baju khas para Lady di Narnia. Lalu para Raja dan Ratu mengajak mereka untuk makan malam bersama.

"Jadi kalian dari Inggris ya? Bagaimana kalian bisa sampai disini?" Kata Ratu Susan sesudah mereka menghabiskan hidangan utama dan mulai memakan hidangan penutup, "ya, kami dari Inggris, London tepatnya. Dan kami kesini dengan ber Apparate --menghilang dari satu tempat, dan muncul di satu tempat lainnya--, kami penyihir," jawab Demy, dan para Raja dan Ratu langsung menatap mereka dengan tatapan aneh. Mereka teringat dengan sang Penyihir Putih yang jahat. "Tidak tidak, kami bukan penyihir jahat, percayalah Yang Mulia," kata Ginny mengerti maksud mereka. "Baiklah, kami percaya padamu, tapi jika kau melakukan sesuatu yang mengerikan nanti, aku tak segan segan memenggal kepala kalian, Ladies," kata Raja Agung Peter. "Baik, Yang Mulia, kau bisa mempercayai kami," kata Ginny.

Malam itu para Raja dan Ratu menceritakan banyak hal. Dari mulai cerita kalau mereka juga berasal dari Inggris, mereka bertemu Aslan --singa besar pencipta Narnia yang gambarnya menjadi simbol Narnia dan juga sebagai panji panji kerajaan Narnia--, cerita mereka bertempur melawan Penyihir Putih, sampai cerita mereka dinobatkan menjadi para Raja dan Ratu Narnia.

Dan mereka mengajak Demy juga Ginny untuk tinggal lebih lama di Narnia, karena waktu di Inggris akan berhenti untuk Demy dan Ginny jika mereka masih berada di Narnia.

****

"Mereka tampan ya," kata Ginny tiba tiba saat mereka berdua berada dikamar mereka, hanya berdua, "ya aku tau," kata Demy. "Menurutku, Peter yang paling sempurna, dia adalah sosok laki laki yang diidamkan semua wanita, dia yang tampan, dia yang pintar, dia yang bijaksana, dia yang anggun, dia yang sopan, dia yang macho, dia yang lembut, dia yang berani dan dia yang Raja," kata Demy sambil tersenyum. "Aku lebih tertarik dengan Edmund, entah kenapa," kata Ginny.

Mereka berbincang bincang tentang para Raja tampan itu semalaman, dan merekapun tertidur setelah mereka kehabisan kata kata untuk mengobrol.


CHAPTER 4 : (UNTITLED)

"Accio apel!" Ucap Demy. Tapi, mantra itu tidak bekerja. "Accio apel!!" Kata Demy lagi, tapi mantra itu lagi lagi tidak bekerja, "ACCIO APEL!!!" Ujar Demy sambil berteriak, karena tetap tidak bekerja, iya mencoba yang lain, "Accio kertas!" Tetap tidak bisa, "Wingardium Leviosa!" Tetap saja tidak bisa, "Expecto Patronum!" Tetap tidak ada yang terjadi. Lalu ia berlari mencari para penghuni istana.

"Yang Mulia Raja Agung Peter," kata Demy saat bertemu Raja Peter di Aula, "ya, Lady? Ada yang bisa kubantu?" Kata Raja Peter. "Aku hanya ingin bertanya, kenapa aku tak bisa menggunakan sihirku disini?" Tanya Demy. "Ehm, maaf aku lupa memberi tahumu. Setelah kematian Penyihir Putih, Aslan tidak menghendaki adanya sihir lagi di Narnia selain sihirnya sendiri atau sihir yang ia beri. Maka dari itu, ia memasang perlindungan anti sihir di Narnia, dan hanya Aslan yang bisa melepas perlindungan itu. Maaf, Lady," kata Raja Peter. "Ooh sayang sekali, tapi tak apa, toh sepertinya aku bisa hidup juga tanpa sihir," kata Demy. "Terima kasih atas infonya, Yang Mulia," lalu Demy berbalik dan pergi mencari Ginny.

"Ginerva!" Kata Demy mengagetkan Ginny, "ouch! Demelza! Ada apa?" Kata Ginny, "Kata Raja Peter, kita tak bisa menggunakan sihir kita di Narnia!" Kata Demy. "Ooh, benarkah? Kenapa bisa begitu?" Tanya Ginny. "Katanya, setelah kematian Penyihir Putih, Aslan tidak menghendaki adanya sihir lagi di Narnia selain sihirnya sendiri atau sihir yang ia beri. Maka dari itu, ia memasang perlindungan anti sihir di Narnia, dan hanya Aslan yang bisa melepas perlindungan itu," kata Demy menirukan kata kata Raja Peter. "Wah, sayang sekali. Tapi, rasanya, aku pasti bisa bahagha disini, walaupun tanpa sihir."

****

Sudah 3 bulan Demy dan juga Ginny berada di Narnia dan tinggal bersama Raja dan Ratu Narnia di Cair Paravel. Mereka diangkat menjadi bangsawan Narnia karena sikap mereka yang sopan, setia dan berani.

Ginny dan Demy sudah terbiasa dengan ketidak adaan sihir dan mereka juga diberi masing masing satu ekor Unicorn yang bisa berbicara --yang dinamakan Xeenza dan Lynzie-- lalu mereka diajari cara menungganginya. Dan mereka berdua menjadi dekat dengan para Raja dan Ratu itu.

****


kaga muat lagi huh! Yaudah, lanjuuut diatas!

Fanfiction (Part 1)

Judul : Entahlah, ada yang bisa bantuin ngasih judul?

Rating : Teenagers palingan

Genre : Entah, ada yang tau?

Disclaimer :
1. Tokoh tokoh dari dunia Harry Potter beserta semua yang berkaitan dengannya itu punya J.K Rowling, dan bukan punya saya
2. Narnia beserta seluruh tokoh dan tempat tempatnya itu punya C.S Lewis, dan bukan punya saya

3. Tokoh tokoh lain diluar yang saya sebutin diatas, sepenuhnya milik saya.
4. Ide cerita tentunya punya saya. Dibantu sama Rizka Almadea Anindita yang tulisan di blognya saya colong (wah, parah!), ngga lah udah ijin kok, dan dibantu juga sama Putri Shabrina Amalia yang ngasih ide kelanjutan cerita dari mulai Chapter 8.

NB :
1. Maaf ceritanya aneh
2. Belom selesai (kok belom selesai udah di publish?), gara gara ada paksaan dari pihak tertentu *lirik lirik Rizka* hehe.
3. Ceritanya Ginny gapernah jadian sama Harry (lah kok?) terserah gue dong, orang gue yang bikin hehe.
4. Kasih commentnya di wall FB aja ya ehehe.
5. Demy yang gue maksud adalah Demelza Robins (HP6).
6. Bantuin ngasih judul chapter chapternya doooong!

Jangan tewas ya abis baca ini wehehe.

~~

CHAPTER 1 : Rencana

"Baiklah, jadi kita sepakat berangkat ke Narnia kan?" Kata Demy sambil mengusap usap Pygmypuff Ginny, Arnold. "Ya, aku mau melihat lihat disana, sepertinya seru," kata Ginny juga sambil mengelus elus Queenzee, kucing Demy.

Memang, sejak mereka berdua setim dalam tim Quidditch Gryffindor, mereka menjadi dekat. Dan setelah lulus dari Hogwarts, mereka sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dunia. Dan kali ini, Demy dan Ginny sepakat akan berangkat ke Narnia, yang kisah kisahnya sering didengar Demy, dan Demy yakin kalau Narnia pasti memang benar benar ada, dan dapat dicapai dengan ber Apparate.

"Oke, kalau begitu kita berangkat besok lusa, dengan ber Apparate," kata Demy sambil menatap Ginny. "Baik, aku akan kerumahmu besok lusa. Err, apa yang harus kubawa?" Kata Ginny. "tidak tidak, kau tidak perlu mempersiapkan apa apa, biar nanti aku yang menyiapkan," kata Demy bersemangat.

****

Tok! Tok! Tok!

"Oh hai Gin! Dudu dulu sebentar," kata Demy tergesa gesa, "aku mau membereskan barang barangku," kata Demy setelah membukakan pintu untuk Ginny. "Oke, jangan lama lama ya."

****

"Maaf terlalu lama," kata Demy setelah 15 menit ia berkutat dengan barang barangnya, "tidak tidak apa apa, Dems," kata Ginny, "Oke ayo kita berangkat. Sini kau pegang tanganku," kata Demy. Lalu Ginny bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Demy.

Plop!


CHAPTER 2 : Kedatangan Mereka di Narnia

Plop!

Mereka muncul tepat didepan sebuah istana dengan banyak panji panji bergambar singa emas berlatar merah yang terletak dipinggir laut. Istana itu besar, mewah dan terlihat damai.

"Apakah ini Narnia, Dems?" Ucap Ginny ragu. "Mmm, kurasa begitu. Hei! Lihat panji panji itu! Aku jadi kangen dengan ruang rekreasi Gryffindor," kata Demy sambil mengacungkan telunjuknya kearah panji panji itu, "dan Aku rasa istana ini adalah Cair Paravel, tempat Raja dan Ratu Narnia tinggal," kata Demy sambil berputar melihat keadaan.

Sebelum Ginny sempat memberi tanggapan, tiba tiba pintu istana terbuka, dan keluarlah 2 kuda, 2 Unicorn, berserta 4 penunggangnya yang terlihat anggun, juga 2 ekor Centaurus dibelakang mereka.

Kedua Unicorn ditunggangi oleh 2 wanita cantik, yang satu terlihat lebih muda dari yang satunya, dan mereka terlihat ceria. Dan kedua kuda ditunggangi oleh 2 pria tampan. Kuda berwarna hitam ditunggangi oleh pria tampan yang terlihat bijaksana, dan kuda berwarna coklat tua ditunggangi oleh pria yang tampak lebih muda dari sang penunggang kuda hitam. Dan mereka semua berjalan mendekat.

"Hai. Aku Lucy. Boleh kutahu siapa nama kalian dan darimana kalian datang?" Tanya wanita muda yang menunggangi Unicorn tadi setelah ia menghentikan Unicorn-nya tepat didepan Ginny dan Demy. "Emm, Aku Demy, Demelza Robins, dan ini temanku, Ginny, Ginerva Weasley. Kami datang dari Inggris. dan maaf, boleh kutahu siapa kalian dan apakah kita berada di Narnia?" Tanya Demy dengan nada gugup. "Wow! Dari Inggris eh? Aku Ratu Susan. yang tadi bicara denganmu adalah Ratu Lucy, dan mereka ini adalah Raja Agung Peter dan Raja Edmund," kata wanita cantik yang menunggangi Unicorn, yang ternyata adalah Ratu Susan. "dan ya! Kau berada di Narnia, tepat di depan Cair Paravel," kata pria penunggang kuda hitam yang ternyata adalah Raja Agung Peter.

"Maukah kalian menginap di 'rumah' kami, Ladies?" Kata Ratu Lucy dengan ceria. "Kalau Yang Mulia tidak keberatan. Karena kami tak tahu harus tinggal dimana selama kami disini." Kata Ginny mulai berbicara. "Tidak, tidak merepotkan. Malah kami senang ada manusia yang datang. Tapi sebelumnya, kalian harus ikut kami berjalan jalan dulu," kata Raja Edmund.

Demy dan Ginny menaiki kuda para Raja dan ikut berjalan jalan sebentar, melihat danau danau di Narnia, melihat kerumunan Faun --manusia setengah kambing--, melihat binatang binatang yang bisa berbicara dan melihat Dwarf. Lalu mereka kembali ke Cair Paravel.

~~

Taraaaa! Ayo lanjuut lagi diatas hehe.