6.6.09

Fanfiction (Part 3)

Lanjuuuuut!

****

Demy berjalan melewati sebuah lorong saat ia melewati sebuah ruangan besar yang pintunya terbuka lebar, dan terlihat Raja Peter serta Ratu Susan didalamnya, sedang berbicara berdua, sepertinya serius. Karena refleks, Demy menghentikan langkahnya tepat didepan pintu itu, dan saat itu juga, Peter dan Susan menoleh ke arah Demy. "Ehmmmm, ma--maaf maaf, a--aku tak sengaja berhenti disini, a--aku tak berniat untuk me--menguping," kata Demy dengan nada takut.

Karena ia tak bisa ber Apparate, Demy buru buru lari menjauhi ruangan itu, tetapi Raja Peter berteriak, "tunggu Lady!" Katanya, dan Demy berhenti, membalikkan badan, dan menunggu Raja tampan itu sampai didepannya.

"Tak apa. Bukan pembicaraan rahasia, hanya bincang bincang antar keluarga. Jangan seperti itu, biasa saja," Kata Raja Peter tepat setelah sampai dihadapan Demy, dan ia membelai halus bahu Demy. Demy sedikit terkejut, tapi dia mencoba untuk tetap terlihat biasa saja. "Oh, tapi tetap saja aku harus meminta maaf, Yang Mulia."

"Peter."

"Ha?"

"Panggil aku Peter saja."

"Oh baiklah Yang-- ehm, maksudku Peter," kata Demy sedikit ragu. "Err, Lady, maukah kau ikut aku jalan jalan berkeliling istana?" Kata Peter. "Boleh, tapi-- bagaimana dengan Susan? Apakah dia tidak marah jika kau tiba tiba pergi meninggalkannya?" Kata Demy, "tak apa, dia pasti mengerti."


CHAPTER 5 : (UNTITLED)

"Hai, Lady Ginny," sapa Edmund kepada Ginny yang sedang mengelus elus Xeenza, Unicorn-nya, dikebun istana. "Oh hai Yang Mulia, kau mengagetkanku," kata Ginny riang. "Sedang apa kau, Lady?" Tanya Edmund berbasa-basi. "Hanya melihat keadaan Xee. dan apa yang Yang Mulia lakukan disini?" Tanya Ginny, "hanya berjalan jalan. Err.. Lady, bolehkah aku memanggilmu Ginny saja?" Kata Edmund. "Tentu, tentu Yang Mulia," kata Ginny sambil tersenyum lebar. "Kalau begitu, kau juga harus memanggilku Edmund, tak ada lagi Yang Mulia. Oke?" Kata Edmund sambil tersenyum nakal. "Hmm, gimana ya? Didepan yang lain juga? Ooh, baiklah," kata Ginny. "Oke," kata Edmund, lalu dia melanjutkan, "Gin, sudah gerimis, pasti sebentar lagi hujan deras. Mari kuantar kedalam,"

Lucy yang sedari tadi mengintip mereka berdua cekikikan melihat tingkah Edmund. Dari dulu, Lucy memang sudah melihat kakak-yang-paling-dekat-dengannya itu mempunyai perasaan spesial pada Ginny. "Yah, apa mau dikata, Edmund jatuh cinta! Ya ampun! Aku baru satu kali ini mengucapkan 3 kata itu. Hahahahaha," kata Lucy pada dirinya sendiri. Tiba tiba, "Wah hujan! Gawat! Kyaaa~," lalu Lucy berlari masuk kedalam istana.

****

"Hei, Lady Demy," kata seseorang. Demy yang sedang menatap jendela, berbalik menghadap pria tampan yang menyapanya. "Oh, hai Peter," kata Demy. "Sedang apa kau disini?" Tanya Peter. "Yaa, menenangkan diri saja," kata Demy. Demy, diikuti Peter, kembali memandang keluar jendela, "hujan," gumam Demy pelan. "Waah hujan, hujan memang punya romansa tersendiri ya?" kata Peter lembut, "aku bisa senang karena hujan, misalnya waktu saudara saudaraku ingin berburu, dan aku sedang malas, tiba-tiba hujan deras, dan aku tidak harus berburu kan?" kata Peter sambil tertawa kecil. "Atau bisa juga kita sedih karena hujan kan? Contohnya waktu ada rencana bagus atau penting misalnya, eh malah hujan deras," kata Demy melanjutkan. "Yah, semua bisa terjadi disaat hujan. Setiap hujan datang, orang-orang yang sedang berjalan kaki pasti banyak yang langsung berteduh. Kenapa ya? Padahal, mereka mandi juga pakai air, masak pakai air, apa-apa pakai air," tanya Demy sambil tersenyum, "mungkin mereka bosan, apa-apa pakai air, makanya jika hujan datang, mereka menghindar dari air yang jatuh dari langit itu," Peter menjawabnya sambil tertawa. "Mungkin kalau diluar sana tiba-tiba hujan, mereka berpikir seperti ini 'yaampun, air lagi, air lagi, lama-lama aku makan saja awan itu,biar tidak hujan,' begitu kali ya?" Demy menambahkan sambil ikut tertawa. "Sekarang aku sedang ingin hujan-hujanan. Bareng semua teman-temanku, dengan orang-orang yang spesial, dengan kau, juga dengan Ginny, Susan dan Edmund, main air terus sampai hujannya berhenti, seperti waktu masih kecil dulu," kata Demy. "Dulu aku tidak tau apa penyebab hujan, dongeng dongeng Narnia sering menceritakan tentang malaikat yang sedang menangis, atau ada malaikat yang membawa ember berisi air, dia terpeleset, lalu airnya tumpah ke Narnia, ada juga dongeng yang menyebutkan kalau ada suatu mahluk diatas awan yang suka sekali dengan bunga sedang menyiram bunga-bunganya. Dongeng-dongeng itulah yang aku percaya sebagai penyebab turunnya hujan, dulu," kata Peter bercerita, "tapi ternyata, yang benar itu karena proses alam yang panjang dan yang lebih keren lagi, hujan itu diturunkan sama Tuhan untuk makhluk-makhluknya, Tuhan menurunkan rizki waktu hujan, lewat malaikat-malaikatnya," kata Peter melanjutkan. "Wah Peter, sepertinya sekarang sudah waktunya untuk tidur, sampai besok! Selamat malam!" Kata Demy sambil langsung meninggalkan ruangan itu. "Malam!" Kata Peter.

****

"Peter!" Panggil Susan. "Ada apa?" Kata Peter sambil berjalan mendekati Susan. "Kau sudah mengatakannya?" Tanya Susan penasaran. "Belum," jawab Peter singkat. "Kena--," ucapan Susan dipotong oleh Peter, "belum saatnya, Sue, nanti aku pasti mengatakannya," kata Peter. "Tapi....," ucap Susan. "Sudahlah Sue, biarkan hal itu menjadi rahasia dulu, oke?," Peter berbalik dan meninggalkan Susan.


ngga cukup lagii! Lanjut diatass!

No comments:

Post a Comment