10.6.09

Fanfiction (Part 5)

Lanjuuut!

CHAPTER 8 : (UNTITLED)

"Aku bosan," kata Ginny. Lalu dia bangkit dari sebuah sofa berlengan yang ada dikamarnya, --dan karena ia tak bisa ber Apparate-- ia pergi menuju kebun istana untuk menemui Xeenza.

"Hai, Xee. Hai, Lyn," sapa Ginny pada Unicorn-nya dan Unicorn Demy. "Selamat siang, Lady!" Kata Xeenza dan Lynzie. "Err.. Xee, Maukah kau mengantarkanku berjalan jalan?" Kata Ginny sambil mengelus elus tubuh Xeenza, "kemana, Lady?" Tanya Xeenza. "Yang agak jauh dari sini, aku mau menenangkan diri. Mm, mungkin ke perbatasan," kata Ginny. "Kurasa jangan, Lady. Maksudmu, perbatasan Narnia dan Western Wild kan? Disana berbahaya, apa kata Yang Mulia nanti jika mereka tau?" Kata Xeenza dan Lynzie pergi menjauh. "Sudahlah Xee, tak apa. Mereka tak akan tahu."

"Kau benar benar yakin, Lady?" Kata Xeenza di tengah perjalanan. "Sangat," kata Ginny, lalu mereka melanjutkan perjalanan, mereka berjalan santai, bukan berlari.

****

"Kita sampai, Lady. Dan jangan paksa aku untuk berjalan lebih jauh, aku tidak mau, tidak berani," kata Xeenza saat mereka keluar dari hutan Narnia, dan mulai memasuki perbatasan Narnia-Western Wild. "Tenang Xee, cukup sampai sini saja," kata Ginny. Ginny turun dari punggung Xeenza, lalu duduk di rerumputan. "Matahari terbenam," kata Ginny, wajahnya mengadah kearah langit, "keren ya. Lihat warna merah dan oranyenya. Ooh cantik sekali!" Kata Ginny, "sangat cantik, seperti kau, Lady," kata Xeenza sambil menatap Ginny, dan Ginny tersenyum, "ah Xee, bisa sa-- AAARRGGGHH! sa..sak...iiit Xee, t..to..tolong!" Isak Ginny, sebuah panah besar yang beracun milik para raksasa Western Wild yang bodoh, menancap tepat di lengan kanan Ginny. "LADY! Oh ya ampun!" Lalu Xeenza berlari kedalam hutan, mencari bantuan.

30 menit sebelum kejadian itu, di Cair Paravel, "adakah satu orang pun dari kalian yang tahu keberadaan Ginny?" Tanya Edmund pada Peter, Susan, Lucy dan Demy. "Kami tak tahu, Ed. Tadi kau sudah bertanya pada kami. Cobalah kau tanya pada para penjaga," jawab Susan mewakili semuanya. "Sudah! Tapi mereka semua tak tahu! Aduh, dimana sih dia?" Ujar Edmund. "Tenanglah Ed, jangan gegabah. Sudahkah kau bertanya pada Xeenza?" Kata Lucy. "Aku sudah berusaha mencari Xeenza! Tapi dia tidak ada!" Kata Edmund. "Apa kau sudah bertanya pada Lynzie? Mungkin saja dia tahu," kata Demy akhirnya. "Oh iya, Lynzie! Thanks, Dems!" Kata Edmund, lalu ia berlari menuju kebun.

"Lynzie!" Panggil Edmund. "Ada apa Yang Mulia?" kata Lynzie. "Kau tahu dimana Ginny atau Xeenza?" Kata Edmund tergesa gesa. "Terakhir,aku melihat mereka membicarakan perbatasan Narnia-Western Wild tadi siang, setelah itu, aku tak lagi melihat mereka, Yang Mulia," kata Lynzie. "WAH! Gawat!" Kata Edmund tiba tiba.

"PHILIPS!" Teriak Edmund pada kuda berwarna coklatnya. "Ada apa teriak teriak, Yang Mulia?" Tanya Philips pada Edmund. "Antar aku ke perbatasan. Sekarang!" Kata Edmund terbawa emosi. "Hey hey, Yang Mulia, tenang sedikit dong," kata Philips, "baiklah baiklah, maaf Phil. Tapi antar aku ke perbatasan ya?" Kata Edmund. "Perbatasan Narnia-Western Wild? Baiklah, naik ke punggungku, Yang Mulia," kata Philips.

Mereka berpacu kearah barat, kearah tempat yang juga dituju Ginny dan Xeenza, tadi. Selama perjalanan, Edmund selalu berceloteh sendiri, "aduh, Ginny, dimana kau?" Atau berceloteh pada Philips, "ayo lebih cepat, Phil," kata Edmund lagi, lagi dan lagi.

"AAARRGGGHH!" Edmund mendengar jeritan kesakitan seorang wanita, dan dia mengenali suara itu, "GINNY! OH TIDAK!" kata Edmund panik. "Phil, cepat. PHIL CEPAAT!"

****

"GINNY! Ya ampun! Kau kenapa?" Kata Edmund setelah dia sampai ditempat Ginny terkena panah. Dia turun dari kudanya, berlutut, memeluk Ginny dan berteriak kepada Philips, "PHIL! Kembali ke istana! Ajak Lucy kesini, dan suruh dia membawa hadiah natalnya. dan biarkan dia menunggangi Kexee --Unicorn-nya--. Kau, Kexee dan Lucy harus kembali kesini, dan jika kau bertemu Xeenza dijalan, ajak dia pulang, dan jangan biarkan dia kembali kesini!" Kata Edmund cepat. "Baiklah Yang Mulia."

"Gin, kau masih sadar kan? Sabarlah Ginny. Mereka pasti sampai tepat waktu," kata Edmund. "Ed, te..terimakasih ka..kau te..lah da..datang untuk me..nolongku. Ma..afkan kecerobohanku, Ed," kata Ginny berbicara lemah di pelukan Edmund. "KAU MEMANG CEROBOH, GIN! BETAPA BODOHNYA KAU, SAMPAI BISA PERGI KESINI! KAN SUDAH BERPULUH PULUH KALI AKU BILANG KEPADAMU, JANGAN SEKALI KALI KELUAR DARI HUTAN NARNIA! SANGAT BERBAHAYA! KAU LIHAT SENDIRI KAN AKIBATNYA?!" Kata Edmund terbawa emosi, dan Ginny mulai menangis.

"ED!" Terdengar teriakan dari sebuah suara riang bercampur nada khawatir yang familier, "Lucy! Cepat tolong dia!" Kata Edmund tidak sabaran. Lalu Lucy turun dari Kexee, dan berlutud disamping Ginny, dihadapan Edmund. Lucy membuka tutup hadiah natalnya, lalu meneteskan cairannya ke mulut Ginny yang sudah sangat pucat. "Tenanglah Gin, kau pasti selamat. dan kau, Ed, jangan seperti itu! Nanti kau akan jadi korban berikutnya kalau mukamu tetap berwarna biru seperti itu!" Kata Lucy sambil menahan tawa melihat wajah Edmund yang berubah warna menjadi biru karena tegang.

"Uhuk! Uhuk!" Ginny terbatuk. "Kau tak apa, Gin?" Tanya Edmund lembut. "Aku sudah sehat kok Ed." Kata Ginny. "APA KAU TAHU APA YANG KAU LAKUKAN GIN?! COBA KALAU TADI AKU TAK BERUSAHA MENCARIMU! ENTAH APA YANG AKAN TERJADI NANTI!" Kata Edmund --lagi lagi-- terbawa emosi. dan Ginny mulai terisak. "Maafkan aku, Ed," kata Ginny.


kyaaa! ~ gua potong sampe disini ye ahaha. Nanti lanjut lagii hehe.

No comments:

Post a Comment